Artikel

Fakultas Kedokteran Universitas Presiden Gelar Seminar Kesehatan tentang Office Syndrome

Pada hari Senin, 26 Agustus 2024, Fakultas Kedokteran Universitas Presiden (Presuniv) mengadakan seminar kesehatan yang membahas tentang Manajemen Office Syndrome di Tempat Kerja. Seminar kesehatan yang diadakan di Hotel Grand Zuri, Jl. Niaga Raya, Kawasan Industri Jababeka, Cikarang, menghadirkan dua pembicara: Dr. Ardini Saptaningsih Raksanagara, dr., MPH, dan dr. Rima Melati, MKK, Sp.Ak (K), Sp.Ok, Subsp Bio.KO (K). Ardini adalah dosen di Departemen Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran, dan juga Koordinator Spesialisasi Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja di universitas yang sama. Sementara itu, Rima Melati adalah dosen di Fakultas Kedokteran Presuniv dan juga Ketua Komisi I Dewan Nasional Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Dalam seminar kesehatan yang dihadiri oleh berbagai perwakilan perusahaan dari Kawasan Industri Jababeka dan sekitarnya, Dekan Fakultas Kedokteran Presuniv, Prof. Dr. Budi Setiabudiawan, Sp.A (K), M.Kes., menekankan bahwa fakultas tersebut akan fokus pada isu-isu kesehatan kerja. Mengapa? “Karena Fakultas Kedokteran Presuniv terletak di kawasan industri terbesar di Asia Tenggara, Jababeka. Jadi, ekosistem yang terkait dengan kesehatan kerja sudah ada di tempat ini. Dan, isu kesehatan kerja akan menjadi kekuatan Fakultas Kedokteran Presuniv,” ujarnya.

Dalam presentasinya, Ardini menjelaskan bahwa sindrom ini adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh postur tubuh yang buruk dan kebiasaan kerja yang tidak ergonomis. Mengapa gejala-gejala ini terjadi? Ardini menjelaskan, “Ada beberapa penyebab. Misalnya, duduk terlalu lama, menggunakan meja dan kursi yang tidak ergonomis, penggunaan komputer dalam waktu lama, kurang istirahat, dan kebiasaan kerja yang tidak sehat, seperti teknik mengetik yang salah atau posisi layar yang tidak tepat.”

Kebiasaan-kebiasaan ini, lanjut Ardini, akan menyebabkan beberapa masalah baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. “Dalam jangka pendek, akan terjadi nyeri otot, kelelahan mata, dan penurunan konsentrasi kerja,” katanya. Dalam jangka panjang, Ardini menjelaskan, hal ini akan menyebabkan gangguan postur, nyeri kronis, stres, dan masalah kesehatan mental.

Sementara itu, Rima membahas biaya ekonomi yang terkait dengan office syndrome. “Ada biaya langsung dan tidak langsung. Biaya langsung, misalnya, dapat meningkatkan pengeluaran medis sebesar 20%-30%. Secara tidak langsung, produktivitas pekerja dapat menurun sebesar 15%-20%, dan ketidakhadiran kerja bisa rata-rata mencapai 5-10 hari per tahun,” jelas Rima. Dia kemudian mengutip sebuah studi dari Amerika Serikat yang menunjukkan bahwa biaya langsung dapat mencapai US$20 miliar per tahun, dengan biaya tidak langsung yang bahkan lebih tinggi, yaitu US$100 miliar per tahun.

Rima melanjutkan, di Uni Eropa, 40%-50% dari berbagai kasus penyakit terkait dengan tempat kerja. “Kerugian yang disebabkan oleh penyakit-penyakit ini diperkirakan mencapai 2%-3% dari Produk Domestik Bruto di Uni Eropa,” jelasnya. Oleh karena itu, Rima menyimpulkan, “Office syndrome adalah tantangan nyata di tempat kerja modern yang memengaruhi kesehatan dan produktivitas pekerja. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengambil langkah pencegahan sebelum hal ini terjadi.” (JB Susetiyo, Tim PR. Foto: JB Susetiyo).

Your Journey Begins Here!